Teknologi kendaraan otonom semakin berkembang pesat, dan CEO Wayve, Alex Kendall, melihat peluang besar untuk membawa teknologi mobil otonom Startup-nya ke pasaran. Strategi Wayve yang terfokus pada keefisienan biaya operasional, kebebasan dalam pemilihan perangkat keras, serta kemampuan untuk diaplikasikan dalam sistem bantuan pengemudi canggih, taksi otonom, dan bahkan robotika, menjadi kunci kesuksesan perusahaan ini.
Dalam konferensi GTC Nvidia, Kendall menjelaskan bahwa pendekatan end-to-end learning yang didorong oleh data menjadi landasan utama pengembangan teknologi mereka. System yang mereka kembangkan dapat mengemudi berdasarkan apa yang "dilihat" melalui berbagai sensor, seperti kamera, tanpa perlu mengandalkan peta HD atau perangkat lunak berbasis aturan.
Meskipun belum mengumumkan kemitraan dengan produsen otomotif, Wayve menjalin percakapan intensif dengan beberapa OEM untuk mengintegrasikan perangkat lunaknya ke berbagai jenis kendaraan. Kemampuan software yang hemat biaya menjadi daya tarik utama untuk menjalin kerjasama dengan para pemain industri otomotif tersebut.
Wayve juga bersikap "silicon-agnostic," artinya dapat berjalan dengan GPU apa pun yang telah dimiliki oleh mitra OEM mereka dalam kendaraan mereka. Namun, beberapa flotilla pengembangan saat ini menggunakan chip sistem Orin dari Nvidia.
Kendall menegaskan bahwa memasuki bidang ADAS sangat penting karena itu memungkinkan mereka untuk membangun bisnis yang berkelanjutan, menjangkau distribusi dalam skala besar, dan mengumpulkan data yang diperlukan untuk melatih system hingga mencapai Level 4 autonomy.
Wayve berencana untuk menjual sistem mereka pada level ADAS terlebih dahulu, tanpa menggunakan lidar, sensor radar yang dianggap penting oleh sebagian besar perusahaan yang mengembangkan teknologi Level 4. Filosofi Wayve dalam mengadopsi autonomous driving mirip dengan Tesla, yang juga sedang mengembangkan model deep learning end-to-end untuk menggerakkan sistem self-drivingnya.
Dengan pendekatan yang serupa dengan Waabi, startup truk otonom, Wayve, menggunakan generative world model terbaru, GAIA-2, yang didukung oleh data nyata dan data sintetis. Model ini memungkinkan AI driver mereka lebih adaptif dan manusiawi dalam perilaku berkendara.
Dari informasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa Wayve mengambil langkah yang berani dan inovatif dalam pengembangan teknologi mobil otonom. Mereka berusaha untuk menghasilkan teknologi yang dapat beradaptasi dengan berbagai kondisi jalanan tanpa perlu mengandalkan pemetaan HD.
Opini pribadi: Melihat semangat dan dedikasi Wayve dalam mengembangkan kendaraan otonom yang adaptif dan hemat biaya dapat menjadi langkah positif dalam membawa revolusi di industri mobility. Diharapkan agar perkembangan teknologi ini dapat memberikan manfaat besar bagi pengguna dalam meningkatkan kenyamanan dan keamanan berkendara. Sumber inspirasi: TechCrunch.
powered by jamterbang.com