Keberhasilan Supabase dalam meraup investasi mencapai $200 juta dengan valuasi $2 miliar hanya dalam waktu tujuh bulan setelah pendanaan terakhirnya, membuat banyak orang terkejut. Siapa yang nyangka, startup yang baru berdiri pada tahun 2020 ini bisa jadi booming di 2025 berkat konsep vibe coding yang mereka terapkan.
Paul Copplestone, CEO asal Selandia Baru, tentu saja nggak menyangka bahwa Supabase bakal menjadi sorotan di masa yang akan datang. Dukungan dari Accel, Coatue, Y Combinator, Craft Ventures, dan investor jangka panjang Felicis dalam pendanaan Seri D senilai $200 juta ini menjadi bukti nyata kesuksesan Supabase. Duit segar tersebut datang hanya tujuh bulan setelah mereka mengumumkan pendanaan sebelumnya senilai $80 juta.
Supabase menggabungkan database SQL open source Postgres dengan berbagai alat open source tingkat enterprise untuk fitur-fitur seperti autentikasi, pembuatan API otomatis, penyimpanan file, dan toolkit vektor yang diperlukan untuk banyak aplikasi kecerdasan buatan (AI). Dengan konsep vibe database management-nya, Supabase berhasil menjadi pilihan populer bagi para pengembang yang menggunakan alat-alat vibe coding seperti Lovable.
Dengan pertumbuhan angka pengembang yang fantastis, terutama dalam dua tahun terakhir, Supabase kini telah menjadi back end standar bagi aplikasi AI dan kategori aplikasi lainnya. Bukan hanya menjadi pilihan para startup di Y Combinator, tetapi Supabase juga semakin diminati oleh pengembang independen dan perusahaan-perusahaan besar.
Dengan slogan pemasarannya yang menarik, "build in a weekend: scale to millions", Supabase memang berhasil menarik perhatian para pengembang. Dengan landasan teknologi Postgres, Supabase mampu mendukung ribuan hingga jutaan pengguna dengan efisien. Meskipun tidak akan menggeser posisi Oracle, keberhasilan Supabase menunjukkan bahwa era aplikasi AI yang akan datang memerlukan database yang handal dan efisien.
Sumber inspirasi: TechCrunch
powered by jamterbang.com